WELCOME EMANUEL GERE BLOG

WELCOME MY BLOG

Kamis, 03 Maret 2011

tips memilih lensa bekas

lensa bekas? tidak masalah tentunya bagi para hobbyist photo, salah satunya karena faktor harga yang cenderung terjangkau dari pada harga barunya. tetapi bagaimana cara memilih lensa bekas yang bagus? sehingga kita tidak akan kecewa dikemudian hari.

beruntung saya dapat konsultasi dengan photographer senior, sehingga beliau memberikan pencerahan kepada saya yang saat itu bingung mau mencari lensa bekas, berikut ini penjelasannya :

1. usahakan jangan membeli lensa bekas via internet, karena akan lebih baik jika anda datang langsung mencoba lensa tersebut.
2. pergilah ke toko lensa, coba lensa yang baru, mengertilah tentang ring AF dan ring zoom-nya. beberapa lensa berputar ring AF nya saat ia mencari fokus, hal ini akan berpengaruh pada penggunaan filter circular polarize (CPL). dengan anda mengerti kondisi lensa yang baru, diharapkan nantinya anda mendapatkan acuan perbandingan untuk lensa bekas.
3. kemudian cari lensa bekas, perhatikan kondisi fisik luarnya, jika ada aus pada ring zoom atau sedikit pudar warnanya, maklumilah hal tersebut. tetapi anda jangan mau berkompromi dengan cacat pada lensa karena benturan. lihatlah pula bagian depan lensa, apakah kondisi nya masih mulus atau sudah terkena baret.
4. yang tidak kalah penting adalah perhatikan baut di bagian luar dan dalam lensa, jika kondisi baut tidak bagus, berarti lensa tersebut pernah di buka sebelumnya.
5. untuk kondisi dalam lensa, bawalah senter kecil untuk melihatnya, bisa dari depan atau dari belakang, perhatikan debu yang menempel pada bagian dalam lensa. apakah masih bisa di tolerir atau tidak.
6. cobalah pasang lensa tersebut pada kamera. untuk ngecheck DOF (depth of field) gunakanlah selembar kertas koran. letakkan koran pada bidang datar, ambil photo koran tersebut pada sudut sekitar 40 derajat. fokuskan pada salah satu kata, misalnya kata “curanmor”, lihat hasilnya, jika kata curanmor lebih jelas dibanding kata2 disekitarnya.., berati kondisi lensa masih bagus, akan tetapi hasil photo bisa menunjukkan miss fokus jika yang tajam bukanlah kata curanmor tersebut, pengecheckan ini sangat bermanfaat terutama untuk lensa dengan spesifikasi bukaan diafragma yang besar, seperti diafragma f/2.8 kebawah.

itulah tadi ilmu yang saya dapatkan, semoga kawan mendapatkan lensa bekas yang terbaik dan sesuai kebutuhan.

3 kebiasaan buruk mendasar photography

menghasilkan photo yang bagus tidak terlepas dari meninggalkan kebiasaan buruk saat memotret. masalahnya banyak orang tidak menyadari kebiasaan buruk mereka.

dengan mengetahui dan kemudian meninggalkannya, hasil photo jepretan akan mengalami peningkatan. lalu apa saja itu? nah list ini akan membantu mengenali kebiasaan buruk tersebut (dan kebiasaan buruk ini gampang untuk dihilangkan!!)

1. memegang kamera secara tidak benar, tangan mengangkang seperti sayap pesawat adalah tidak benar, biarkan siku merapat pada badan agar kamera tidak mengalami shake. karena arah rambat cahaya yang bergetar dalam kamera juga mempengaruhi hasil jepretan.

2. tidak dekat dengan object jepretan. berusahalah untuk menjadi satu dengan object, melebur dengan mereka dan jepret dari jarak sedekat mungkin dengan object. tapi ingat safety first!

3. tidak mengkomposisi frame. langkah sederhana untuk mengkoposisi frame adalah dengan melihat pada view finder dan menggeser penglihatan ke kiri dan ke kanan sehingga anda rasa frame yang dilihat menarik. ingat pula aturan rule of third (oops, belum pernah menulias aturan dasar ini, lain waktu mungkin)

semoga membantu …

Cara Memotret dengan kamera HP yang baik

Bagi kebanyakan kita, memotret barangkali hanya sekedar selingan untuk bersenang-senang, itupun dilakukan cukup dengan kamera ponsel. Soal hasil, tentu tidak bisa dibandingkan dengan fotografer profesional. Meski demikian, beberapa tips berikut tidak rugi untuk kita ikuti agar kualitas gambar foto dengan kamera ponsel bisa maksimal.

1. Pencahayaan adalah kunci memotret dengan kamera ponsel. Semakin terang cahaya yang jatuh pada objek foto, kemungkinan hasil yang didapat akan semakin baik.
Jika berada dalam ruang, nyalakan semua lampu yang ada. Jika ponsel dilengkapi lampu blitz, pastikan dalam kondisi on meskipun memotret di luar ruangan.

Hindari memotret berlawanan dengan sumber cahaya karena hasilnya akan membentuk siluet.

2. Semakin dekat dengan objek semakin baik. Kamera ponsel berbeda dengan kamera biasa.
Untuk itu, perhatikan benar jarak dengan objek sehingga bisa menghindari hasil dengan gambar objek yang terlalu kecil dan tidak tegas. Umumnya gambar kamera ponsel lebih kecil dari yang terlihat di layar akibat resolusi yang rendah.

Tetapi harap juga diperhatikan bahwa jika jaraknya terlalu dekat dengan objek, hasilnya juga tidak baik.

3. Sejauh mungkin usahakan agar ponsel dalam kondisi tidak bergerak. Seperti kamera biasa, semakin stabil kamera ponsel maka hasilnya akan semakin baik. Ini terutama pada saat kondisi pencahayaan yang minim. Yang penting harus diketahui, kamera ponsel mempunyai kelemahan yang disebut shutter lag, yaitu ada selang waktu sekian detik setelah tombol ditekan baru gambar diambil.
Karena itu, usahakan tetap menjaga posisi ponsel setelah menekan tombol. Tidak seperti kamera digital yang mempunyai tripod, umumnya ponsel hanya dipegang tangan maka unsur stabilitas menjadi urusan sang pemotret.

4. Edit belakangan. Meskipun kamera ponsel kamu dilengkapi dengan fitur editing foto, sebaiknya proses edit foto tetap dilakukan pada computer PC. Umumnya perangkat lunak di PC mempunyai fasilitas yang lebih lengkap untuk melakukan proses gambar, juga untuk berjaga-jaga dengan membuat backup-nya. Jangan lupa untuk selalu mengambil gambar dalam mode warna karena setiap saat kita bisa mengedit menjadi gambar hitam-putih. Sebaliknya, jika diambil dalam mode hitam-putih, tidak mungkin kita bisa mengeditnya menjadi gambar berwarna sesuai dengan aslinya.

sumber : internet

Memilih kamera DSLR

begitu banyak penggemar photography dewasa ini, mungkin hal itu yang membuat agan tertarik untuk ikut gabung serta didalamnya, setelah agan sedikit diperlihatkan photo photo yg cantik di mata agan.

Tapi Gan, jangan berangkat beli DSLR dari hal diatas lho …, bahwa membeli DSLR dengan harapan photo photo agan akan lebih bagus hasilnya adalah salah. ane katakan salah karena sebenarnya DSLR hanya memberikan pilihan pengaturan / setting pada kamera yg lebih luas dari pada kamera saku/compact kamera.

jika agan saat ini belum menguasai betul kamera saku agan, mendingan jangan beli kamera DSLR terlebih dahulu. saran ane, pelajari betul kamera saku agan, sampai agan menemukan / mentok pada suatu setting tertentu yg membuat kreativitas agan tidak berkembang.

contoh kasus, ane dulu pemegan kamera pocket nikon coolpix, ane suka keluar malam (kaya kelelawar) motret malam malam. dari sana ane mentok pada settingan kamera saku ane, bahwa saat ane pengin long exposure -katakanlah 7 detik maksimum yg mampu di capai kamera saku tersebut- ane terpaksa memakai buaan terbesarnya, misalnya f/2.8 , padahal saya berpikir bahwa dengan f/2.8 ane gak bisa mendapatkan ruang tajam yg luas.

dari situ lah ane tau betul selera motret ane dengan kemampuan kamera saku, barulah ane pindah ke DSLR.

tapi sekali lagi ya gan, sejauh kamera saku masih belum agan kenali dengan baik & agan belum merasa mentok dengan kamera saku tersebut, lebih baik agan bertahan di kamera saku.

jangan minder untuk hobby photography dengan kamera saku, seperti yang pernah ane utarakan sebelumya bahwa kamera saku bisa memproduksi hasil yg bagus bagus, seperti pernah diperlihatkan teman ane -Pak pryadi- dengan photo photo makro nya hanya dengan kamera saku.

tapi boleh juga jika agan loncat, sebelumnya gak punya kamera saku dan langsung ingin beli DSLR, dengan catatan agan harus membaca manual book begitu membuka kardus kamera DSLR yang baru. baca dengan tuntas. walaupun hal tersebut tidak menjamin agan akan menghasilkan photo photo bagus, akan tetapi agan akan mengenali kamera DSLR agan dengan baik, dan tahu bagaimana mensetting kamera tersebut.

photography tidak bisa lepas dari teknik photography, agan harus banyak banyak membaca bagian bagian kamera dan seluk beluknya sambil praktek langsung, kan sekarang tidak ada lagi alasan mahal karena film negatif.

jika memang agan kebelet untuk membeli kamera DSLR, ane sarankan belilah yang sesuai budget agan, jika budget agan saat ini 100%, investasikan 70% untuk kamera DSLR, karena kedepannya tentu agan akan menginginkan lensa yang lainnya. lensa yang lebih baik ini pun tidak menjamin agan akan menghasilkan photo yang bagus, karena lensa yg mahal biasanya hanya menjajikan ketajaman yg baik, lain halnya dengan hasil photo.

perlu diingat juga gan, bahwa peruntukan lensa itu macam macam, ada lensa wide untuk landcape photography, lensa makro untuk photo photo makro, lensa tele untuk motret yg jauh jauh, dll. walapun lensa tersebut peruntukannya masing masing bukan berarti lensa tersebut tidak multi fungsi, bisa croos function tapi mungkin terbatas.

kesimpulannya gan, jika memang kebelet memebli kamera DSLR, belilah yg sesuai budget, entry level DSLR dulu saja. kemudian nanti lihat perkembangan minat photography agan lebih ke mana, sembari menabung untuk investasi lensa.

demikian gan, semoga mencerahakn, tulisan ini termotivasi dari teman di twitter

Tips merawat lensa kamera

hasil photo sangat dipengaruhi oleh kondisi lensa. bagi seorang hobbyist photo, perawatan lensa merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan. berikut ini tips merawat lensa kamera:

1. untuk membersihkan bagian luar dari lensa, tidak dibutuhkan alat khusus, cukup dengan peralatan ppembersih seadanya, hanya saja kita harus memastikan alat pembersih tersebut bebas dari kotoran, lembut dan kering.
2. sedangkan untuk bagian ‘lens glass’ kita memerlukan pembersih jenis mikrofiber, urutan membersihkan lensanya: bersihkan debu yang menempel terlebih dahulu dengan blower, carilah blower yang ukuran sedang atau kecil, kemudian hembuskan nafas anda ringan pada ‘lens glass’ untuk sekedar memberi kelembaban. dan yang terakhir usaplah ‘lens glass’ tersebut dengan kain mikrofiber.
3. lensa juga dapat berjamur jika jarang digunakan, jika kita mempunyai banyak stok lensa, lebih baiknya jika kita menyimpannya pada ruangan yang terlindung dari debu, bisa menggunakan ruang kaca seperti akuarium, dan pasanglah lampu yang cenderung hangat, untuk sekedar menjaga suhu supaya jamur tidak mudah berkembangbiak pada ruang kaca yang telah kita siapkan khusus tadi.
4. jika kita punya banyak lensa, tentu akan sangat lebih tepat jika kita membeli dry box dengan silica gel didalamnya, silica gel akan menjaga kadar kelembaban. untuk mengukur kadar kelembaban diperluakan alat hygrometer, kadar kelembaban yang cukup baik adalah 30%-50% agar jamur tidak berkembangbiak di lensa kita. silica gel sekarang juga tersedia dalam bentuk re-charge melalui sambungan listrik, jadi lebih praktis, dan harganya relatif terjangkau yaitu sekitar 100 ribu rupiah.

Tips memotret dibalik kaca bus

Apakah teman sering traveling? Sering mendapatkan view yang menarik bukan? Tapi hasil jepretan sering blur Atau kabur? Berikut tips tips nya:

-Set shutter speed minimum di 1/1000 s
-gunakan lensa normal s/d tele 50mm Atau 100mm
-dekatkan lensa ke kaca sedekat mungkin, supaya tidak fokus ke kaca dan menghindari bayangan refleksi
-setting ke manual focus dan taruh pada infinity
-perhatikan jika mendapatkan pandangan yang lapang, jangan terlalu memikirkan object yg bergerak ataupun anda yang bergerak, dalam kondisi ini berpikir boleh anda akhirkan
-setting juga pada mode multishot bukan single shot sehingga anda mempunyai beberapa pilihan frame
-oiya satu lagi jangan lupa matikan flash, karena pantulan cahaya dikaca membuatnya menjadi harsh & membuyarkan POI

Memotret yang baik dengan kamera saku

siapa bilang dengan kamera saku gak bisa memotret bagus? anda boleh tanya kepada para photographer proffesional sekalipun, mereka biasanya juga mempunyai kamera saku. apa kelebihannya? bentuknya yang ringkas, mudah dibawa & siap untuk mengambil momen-momen dadakan dengan quick setting.

Dengan kamera pocket pun anda tak perlu ‘skeptis’ merasa tak akan bisa menghasilkan photo yang bagus. ada beberapa tips bagaimana menghasilkan gambar yang bagus, kata kuncinya “kenali kamera anda”. berikut beberapa tipsnya:

1. Pegang kamera dengan benar, sering melihat orang motret dengan satu tangan kan? nah itu salah, yang benar pegang dengan kedua tangan, posisi kedua siku tangan merapat ke badan. tujuannya tidak lain adalah mencegah kamera untuk tidak shake, sehingga gambar lebih ‘still’. biasakanlah memegang kamera dengan benar.
2. Kenali simbol simbol di kamera anda. mode cepat dalam kamera saku bukan sembarangan digunakan, setiap mode punya artinya sendiri, pahami simbol simbol dalam kamera saku anda. gambar gunung, memotret pemandangan. gambar orang ya untuk memotret orang dst. Gunakan mode cepat itu sesuai object yang akan diambil photo nya.
3. kenali komposisi photo, jika photo orang rame rame berbarengan jangan lupa untuk mengatur posisi teman teman anda, khususnya tinggi badan mereka. kemudian pikirkan juga apa yang akan anda ambil, setengah badan atau seluruh badan. jangan lupa pikirkan letak orang tersebut. Sedangkan untuk mengabadikan momen dimana anda berada, misalnya dipantai atau digunung, adalah tidak bagus jika menempatkan satu orang di tengah photo. ambil posisi 1/3 bagian disebelah kiri/kanan untuk object orang, & 2/3 untuk latarbelakang atau background.
4. Photo Malam? tentu sering kita jumpai hasil jepretan kamera pocket nge blur saat malam hari, untuk mensiasatinya, bilang kepada subject photo untuk sejenak diam sebelum dan setelah shutter kamera di tekan. kalau perlu gunakan flash kamera, jangkauan flash ini maksimal sekitar 5 meter didepan anda.
5. Hindari penggunaan Flash pada siang hari. karena flash ini hanya akan membuat penyebaran cahaya menjadi tidak rata, cenderung ‘harsh’
6. Pilih waktu motret, waktu memotret yang baik adalah pagi dan sore hari. pagi sebelum jam 9 dan sore hari setelah jam 3, karena cahaya matahari tidak terlalu terang dan sebaranya baik, tidak banyak contrast antara benda dengan bayangan.
7. Ada Setting Manual? dibeberapa kamera saku ada setting manual, jika ada kenali settingan tersebut, ini erupakan kelebihan kamera saku anda. Gunakan iso serendah mungkin saat kondisi terang, dan gunakan ISO tinggi untuk kondisi gelap.

*memotret bukan bicara kamera apa yang anda gunakan, tapi ide dan hasilnya seperti apa*

itulah sedikit sharing tips dari saya, semoga membantu :)

14 Trip Memotret Landscape

Ada beberapa tips jitu yang ditulis di fotografer.net sana oleh maestro landscape Yadi Yasin, tentang bagaimana cara mengimprovisasi foto landscape dengan ‘baik dan benar’. Berikut ini 14 tips dari beliau untuk kita pelajari bersama-sama.
1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.
2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.
3. Carilah Focal point atau titik focus
Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.
Pada contoh foto disamping, focal point adalah org berpayung yang berbaju merah
4. Carilah Foreground (FG)
Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita.
5. Pilih langit atau daratan
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.
Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.
6. Carilah Garis/Lines/Pattern
Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang).
Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.
7. Capture moment & movement
Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat Rule #13.
8. Bekerja sama dengan alam atau cuaca
Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.
Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll.
9. Golden Hours & Blue hours
Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.
Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.
Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat. Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.
10. Cek Horizon
Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
- Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat Rule #12

- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third. Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.
Contoh foto disamping adalah salah satu dr foto yang saya ambil amannya (save) untuk posisi horizon pada saat eksekusi. Oleh krn itu horizon saya letakkan pas ditengah saja, dgn harapan pada saat itu, saya bisa melakukan cropping nantinya (baik dicrop bagian atas atau pun bagian bawah).
11. Ubah sudut pandang/angle/view anda
Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.
Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
Terutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi “sejuta umat” dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.
Kalau tidak keberatan tiduran sejenak di aspal.
12. Pergunakan peralatan bantu
Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon
Memang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya “get it right the first time” akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak “baik”.
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.
13. Lensa yang dipergunakan
Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm - 35m), medium, (50mm - 85mm), hingga tele/super tele (100mm - 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.
14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan
Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.
Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa.
Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.
Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip, overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.
Untuk kiat-kiat melindungi peralatan/gear anda, silahkan baca Lindungi peralatan anda saat travelling.

Catatan:

Berhubung semua foto-foto yg dipergunakan sebagai contoh adalah foto sendiri, data EXIF masih intact, silahkan dilihat dr diafragma, speed, exposure time dan focal lenght yang dipergunakan.
Juga semua foto yg ditampilkan tanpa burning, dodging, layering, tanpa pengurangan atau penambahan unsur foto lain atau manipulasi lain, hanya adjust contrast, kadang adjust saturasi/tone/curve atau ubah bw/sepia.
Oh ya… banyak contoh2 foto diatas yang merupakan foto2 lama yang menggunakan kamera “lawas” yg tidak butuh UHU , hanya untuk sekedar contoh bahwa dengan pengaplikasian tips-tips diatas lebih akan menentukan hasil dari pada ditentukan dgn kamera apa (bahkan merek apa) yang digunakan.
Sekali lagi terima kasih, dan mohon maaf kalau teori dan penjelasan yg saya pergunakan sudah usang, oldies dan katrok
Kalau ada kekurangan atau tambahan silahkan ditambahkan, dan juga kalau ada kesalahan atau penerapan yang lebih terkini silahkan di bahas.

Benar-benar sebuah artikel yang menawan berikut contoh-contoh karya nyata dari seorang maestro yang patut kita tiru dan contoh didalam ‘melukis dengan cahaya’ dari sebuah landscape (pemandangan alam).